Di negara mana LINE masih laku keras?

Panduan jujur buat yang mau main global

🧭 Pembuka: Di Indonesia atau Eropa, LINE emang sepi… tapi di tempat lain? Meledak.

Kalau kamu tanya orang di Jakarta, Paris, atau Berlin soal LINE,
besar kemungkinan jawabannya:
“Oh, itu aplikasi stiker yang dulu rame ya? Udah nggak kepake.”

Tapi kalau kamu tanya orang Jepang, Taiwan, atau Thailand…
bisa jadi jawabannya:
“LINE itu hidup gue.”

Yes, serius.
Karena LINE di beberapa negara bukan cuma aplikasi chat — tapi satu ekosistem marketing.

Kalau kamu bisnis yang pengen ekspansi ke Asia, atau creator yang mau masuk market Jepang/Taiwan,
mending baca artikel ini baik-baik. Bisa bantu kamu hemat budget & ambil peluang yang nggak dilihat orang.


1. 🇯🇵 Jepang — LINE = WhatsApp + Instagram + Shopee dalam satu aplikasi

Di Jepang, LINE itu bukan aplikasi. Itu kehidupan digital.

  • 90% pengguna internet Jepang aktif pakai LINE
  • Semua brand besar (dari skincare sampai ke bank) punya akun resmi LINE
  • Ada LINE Pay, LINE Shopping, LINE Manga, LINE News — satu paket lengkap

🔥 Studi kasus:
Brand skincare lokal launching produk cuma lewat push-notif di LINE + kolaborasi creator lokal.
Hasil? 6.000 penjualan dalam 2 hari, tanpa iklan Instagram, tanpa TikTok.

📌 Mau masuk Jepang? LINE bukan alternatif, itu wajib hukumnya.


2. 🇹🇼 Taiwan — LINE di sini bukan cuma chat, tapi media sosial juga

Di Taiwan, LINE itu newsletter, CRM, story, komunitas, semua dalam satu tempat.

  • Creator post konten di fitur “Moment” seperti story
  • Brand pakai broadcast untuk promosi dan flash sale
  • Pengguna ikutin akun brand kayak follow YouTube atau blog

⚠️ Salah kaprah umum:
Banyak brand dari Barat datang bawa tools email marketing atau chatbot Messenger.
Di Taiwan? Gagal total kalau nggak main di LINE.


3. 🇹🇭 Thailand — LINE itu toko, CS, dan payment gateway sekaligus

Bisnis di Thailand, bahkan warung kaki lima, semuanya pake LINE.

  • Order via LINE
  • Bayar via LINE Pay
  • Kirim resi, diskon, CS semua by LINE
  • Customer prefer tanya-tanya langsung lewat LINE chat

✅ Banyak bisnis lokal nggak punya website sama sekali, mereka jualan hanya lewat LINE.

Kalau kamu mau buka pasar Thailand — LINE harus jadi channel utama kamu, bukan cuma pelengkap.


4. 🇮🇩 Indonesia — LINE masih punya nyawa, tapi di niche tertentu

Iya, LINE udah kalah sama WhatsApp di Indonesia.
Tapi jangan salah — dia belum mati total.

Masih ada ceruk pasar buat:

  • Fans anime, Kpop, atau budaya Jepang/Korea
  • Kota kecil yang cari alternatif chat ringan
  • Kampanye stiker brand atau kupon promosi

💡 Tips:
Bikin stiker brand LINE kolaborasi sama fandom lokal bisa dapet juta-jutaan impression dengan biaya mini.


5. 🇰🇷 Korea Selatan — KakaoTalk mendominasi, tapi LINE punya posisi

Semua orang tahu: di Korea, KakaoTalk rajanya. Tapi LINE masih punya peran, walau kecil.

  • Digunakan oleh fans budaya Jepang
  • Dipakai di beberapa perusahaan startup tech
  • Populer di komunitas game Jepang-Korea

📌 Kalau produk kamu menyentuh market Jepang dan Korea sekaligus,
LINE bisa jadi channel penghubung yang tak boleh dilewatkan.


6. ❌ Di mana LINE nggak perlu kamu sentuh?

Jujur aja, LINE itu nggak global-friendly.
Di negara berikut ini, jangan buang-buang waktu:

  • 🇺🇸 Amerika Serikat → iMessage, Messenger
  • 🇫🇷 Prancis → Orang asing banget sama LINE
  • 🇧🇷 Brasil → WhatsApp is everything
  • 🇸🇦 Timur Tengah → LINE nyaris nggak dikenal
  • 🇩🇪 Jerman → Signal, WhatsApp

⛔ Ngiklan via LINE di pasar ini = buang duit kayak nyebar brosur di kota kosong.


🧠 Penutup gaya lapangan: LINE bukan mati, dia cuma nggak ada di tempat yang kamu biasa lihat

Kalau kamu serius mau tembus pasar Jepang, Taiwan, Thailand,
LINE bukan sekadar opsi, dia itu kunci utama.

Dengan fitur lengkap, tingkat keterlibatan tinggi, dan user yang loyal banget,
LINE bisa ngasih performa lebih bagus daripada Facebook Ads atau email campaign — asal kamu tahu cara mainnya.

✅ Kuncinya?

  • Lokalisasi konten
  • Kolaborasi sama influencer lokal
  • Jangan pakai mindset “copy-paste dari market barat”
  • Coba kecil dulu, ukur, baru scale

Karena di dunia global, yang bisa adaptasi lebih cepat daripada yang viral.

Scroll to Top